BOOKING TIKET PESAWAT

kecanduan internet

kecanduan internet. Info sangat penting tentang kecanduan internet. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai kecanduan internet

Di Indonesia belum pernah terdengar berita tentang orang-orang yang kecanduan internet yang begitu parah. Hingga perlu dilakukan tindakan khusus untuk menanggulangi kecanduan tersebut. Meskipun ada, mungkin hanya satu atau dua kasus. Dan itu pun belum pernah disoroti secara khusus oleh banyak pihak. Kecanduan internet disini adalah diartikan sebagai penggunaan internet hingga berjam-jam hanya untuk kesenangan. Kegiatan para pebisnis online atau orang-orang yang memang profesinya mengharuskan banyak menggunakan internet tidak digolongkan sebagai kasus kecanduan internet. Meskipun orang-orang ini setiap hari menghabiskan banyak waktu untuk mengakses internet. Itu lebih dikarenakan tuntutan profesi.

Lain di Indonesia, lain juga di negara China. Negeri tirai bambu ini merupakan negara dengan jumlah pengguna internet yang terbanyak di dunia. Menurut data pada tahun 2008, lebih dari 300 juta orang di negeri itu mengakses internet setiap harinya. Soal kecepatan akses internet di China, jangan ditanya lagi. Pada tahun 2006 negara ini mampu menyediakan akses internet dengan kecepatan 512 kbps untuk rakyatnya. Dan sekarang, dengan teknologi baru yang disebut dengan nama 3TNET, masyarakat di negeri China bisa menikmati akses internet dengan kecepatan 100 Mbps. Bukan hanya kecepatan akses internet yang bisa ditonjolkan oleh negeri China, kabarnya tarif akses internetnya juga cukup murah. Anda bisa melihat tersebut dibawah ini.

4Mbps = Rp 225.000/Bulan + biaya setup Rp 450.000
2Mbps = Rp 225.000/Bulan + biaya setup Rp 300.000
512Kbps = Rp 125.000/Bulan + biaya setup

Ternyata kemudahan dalam mengakses internet itu punya dampak yang cukup mengkhawatirkan bagi pemerintah dan sebagian masyarakat di China. Banyak orang-orang yang menjadi punya kebiasaan menghabiskan waktu lebih dari enam jam setiap harinya untuk mengakses internet hanya untuk bersenang-senang. Orang-orang ini dianggap sebagai mengidap kecanduan internet. Bagaimana pemerintah dan masyarakat di China menanggulangi kecanduan internet ini? Sebuah tulisan bagus yang diambil dari situs BBC versi Indonesia dibawah ini memberikan informasi yang bagus tentang hal itu.

Kamp rehabitasi pecandu internet Cina

Bagi para pasien di Pusat Pengembangan Psikologi Pemuda Beijing, kegiatan setiap hari dimulai dengan tiupan peluit sekitar 0600. Mereka langsung turun dari ranjang dan berganti dengan seragam militer sebelum berbaris di koridor, dan siap untuk memulai kegiatan hari tersebut.

Remaja yang kebanyak laki-laki di pusat itu mengalami masalah yang sama - mereka kecanduan internet. Dan, melalui program latihan fisik, pengobatan dan konseling, lembaga ini menjadi harapan mereka untuk bebas dari kecanduan internet.

Minat warga Cina terhadap lembaga semacam ini meningkat beberapa pekan terakhir setelah dua remaja dipukuli di dua kamp terpisah. Satu orang akhirnya tewas, dan satu lagi terluka parah.

'Budak' Internet

Tao Ran, direktur pusat penanganan ketagihan internet di Beijing, membantah pekerja kamp menggunakan tindak kekerasan terhadap pasien. Dia mengatakan: "Kami menggunakan kasih sayang dan ilmu pengetahuan untuk merawat dan menyembuhkan pasien kami, untuk memungkinkan mereka bersekolah dan menggunakan internet secara serah."

Namun, lembaga yang dia kelola jelas bukan kamp liburan. Lembaga itu dikelola oleh rumah sakit yang terkait dengan militer Cina, Tentara Pembebasan Rakyat, dan berada di sebuah kompleks pangkalan militer. Selagi anak-anak mudah menjalani kegiatan harian mereka, tentara membersihkan senapan mereka di luar asrama di dekatnya.

Para pasien, yang semuanya remaja atau berusia 20-an tahun, dikirim ke lembaga tersebut, sebab orang tua mereka yakin mereka menghabiskan terlalu banyak waktu di internet.

Tao mendefinisikan pecandu internet siapa saja yang berinternet selama setidaknya enam jam sehari dan tidak begitu meminati sekolah.

Poster yang dipasang di dinding lembaga menegaskan, menghabiskan terlalu banyak waktu di internet tidak sehat. "Mereka yang menguasai internet adalah pahlawan," bunyi salah satu slogan," Mereka yang dikendalikan internet adalah budak."

Anak-anak muda datang ke lembaga tersebut dari seluruh CIna dan banyak dari mereka harus menjalani pelatihan keras selama tiga bulan.

'Ayah mengakali saya'

Pelatihan dimulai dengan olahraga pagi di lapangan parade pangkalan militer. Berikutnya pecandu internet digiring ke barak mereka, dikurung di sana untuk merapikan barak. Empat orang menghuni setiap kamar barak. Jika ditata rapi, kamar itu tak ubahnya asrama tentara. Duvet dilipat rapi di atas ranjang, kain handuk digantung di atas tempat cuci muka, dan empat sikat gigi berdiri di dalam cangkir, dan semuanya menghadap ke arah yang sama.

Menurut para orang tua pencadu, hanya sedikit anak mudah ingin datang ke lembaga tersebut untuk disembuhkan, dan tidak sulit memahami penyebab keberatan mereka.

Pasien harus mengikuti perintah petugas lembaga.

"Ayah menipu saya untuk ke sini. Dia mengatakan, kami akan bersenang-senang di sini, tapi kemudian dia membawa saya kemari," kata seorang remaja. "Pada mulanya, saya merasa saya sedih, tapi kemudian saya memahami mengapa orangtua saya menghendaki saya di sini. Mereka ingin menyingkirkan kecanduan internet saya," tambah dia.

Namun, di pusat itu, tidak hanya remaja yang harus berubah. Sebagian dari pendekatan direktur Tao adalah mengubah perilaku seluruh anggota keluarga. Dia yakin yang bermasalah bukan hanya pengguna internet. Banyak orang tua mendampingi anak mereka ke lembaga tersebut di Beijing dalam upaya belajar cara membesarkan anak mereka secara lebih baik. Dan, sebagian dari mereka mengakui, mereka memang belajar sesuatu di sana.

"Ketika kami tiba dan mulai mendengar Dr Tao, kami menyadari ada masalah dengan cara kami berlaku sebagai orang tua, khususnya saya," kata ayah satu anak, Chen Lin. "Kami memperlakukan anak kami seperti bawahan. Kami yakin anak kami harus melakukan apa pun yang kami perintahkan kepada dia," ujarnya.

Harapan terakhir

Chen mengatakan, dia dulu biasa memukuli, dan mencerca dan mentertawakan putranya dengan harapan membuat dia bekerja lebih keras - kini dia menyatakan cara itu keliru. "Kami melukai perasaannya dan dia menjadi semakin tidak percaya diri," aku Chen.

Pemerintah Cina semakin prihatin soal pengelola pusat penanganan pecandu internet dan kurangnya pengawasan terhadap lembaga-lembaga tersebut. Pada saat ini tidak ada daftar nasional lembaga dan tidak satu pun mendapat izin dan menjalani pemeriksaan oleh pejabat pemerintah. Kementrian kesehatan mengeluarkan pemberitahuan pada bulan Juli untuk melarang penggunaan "electro-stimulation" yang digunakan untuk "menyembuhkan" pecandu internet.

Namun, orang tua yang prihatin di seluruh Cina tetap mengirim anak mereka ke kamp. Seperti kata seorang ayah di lembaga rehabilitasi pecandu internet: "Tidak ada pilihan lain - ini harapan terakhir kami."


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger